Guru Sang Panuntun Di : "Majelis Insanul KAMIL : "Guru Kidzs Gsp : "Jl.Halmahera XII 05 Trajeng Kota Pasuruan Jawa Timur Indonesia : "Wadah Silaturahmi Para Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman : "Memahami Ilmu Hakikat Kehidupan Untuk Kesempurnaan Hidup Di Kemudian Hari : "Al-Insan Al-Kamil Mukamil.
Senin, 04 September 2017
Minggu, 03 September 2017
Sabtu, 02 September 2017
Kamis, 31 Agustus 2017
Rabu, 23 Agustus 2017
Selasa, 22 Agustus 2017
Rabu, 12 Juli 2017
Sabtu, 08 Juli 2017
Rabu, 05 Juli 2017
Jumat, 30 Juni 2017
Rabu, 21 Juni 2017
Struktur Insan KAMIL
STRUKTUR INSAN KAMIL
Blog Resmi gurukidzsgs.blogspot.com
Ramadhan Penuh Berkah...!
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Oleh : "Guru Kidzs Gsp
Di : "Majelis Insanul KAMIL
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Bismillahirrohmaanirrohiim...! "Dengan Idzin Allah Swt : "Guru Kidzs Gsp Insyaallah Akan Membabarkan Tentang Hakikat [Insan KAMIL]...!
Ilaa Hadrotis Silsilah Majelis Insanul KAMIL Wa Ilaa Jamiil Ahlul Majelis Insanul KAMIL Syaiul Lahum Al-Fatihah...1x
Memahami Interaksi Unsur-unsur Pembentukan Manusia : "Tujuan Penciptaan adalah memahami tentang [Perbendaharaan] dalam diri manusia...!
1. Jasad :
Unsur pertama adalah jasad. Kita mengenalnya dengan istilah [Tubuh] atau [Badan] dan Bahasa Sanskrit mengistilahkannya dengan raga. Dalam kitab-kitab tasawuf, digunakan juga istilah jism atau jisim. Jasad ini tepatnya turunan dari jasad Adam As, [Manusia Pertama] yang merupakan gabungan dari banyak unsur-unsur penciptanya, yang oleh para filsuf di masa Yunani Kuno disebut bahwa unsur-unsur pembentuknya adalah AFEW :
1. Air [udara]
2. Fire [Api]
3. Earth [Tanah]
4. Water [Air]
Semua unsur ini adalah sama dengan unsur-unsur bumi, tempat di mana manusia tinggal...!
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah... [Q.S. Al-Mu’minun [23]: 12]...!
Unsur-unsur ini digabung, disatukan, diikat oleh sesuatu yang berasal dari Sang Maha Hidup, yaitu Ruh. Karena berasal dari Sang Maha Hidup, maka keberadaannya pun membuat sesuatu menjadi hidup. Karena adanya ruh maka unsur-unsur itu menyatu dan membentuk sesuatu yang lain, yang hidup. Jika ruh diangkat, maka unsur-unsur itu akan kembali terurai ke sifat-sifatnya semula, menjadi unsur-unsur saripati tanah...!
Kedudukan jasad hanyalah sebagai pakaian atau kendaraan bagi pengendaranya, sang jiwa. Jika pengendaranya sudah berangkat ke alam yang berbeda, jasad pakaiannya atau kudanya akan kembali terurai menjadi unsur-unsur kebumian...!
Alam tempat tinggal jasad, mulai dari bumi kita sendiri, planet lain, bintang gemintang, hingga batas alam semesta fisik yang terjauh, disebut alam mulk. Pendeknya, semua alam yang masih memiliki bentuk fisik dan terkena hukum-hukum alam fisik, adalah alam mulk. Kata mulk [dari Bahasa Arab m-l-k] bermakna [Kedaulatan]. Alam fisik ini adalah alam di mana insan diberi kedaulatan atau mandat oleh Allah Ta’ala, untuk ikut mengaturnya, tepatnya, untuk memakmurkannya. Secara kedekatan, alam mulk adalah alam yang paling jauh dari Allah Ta’ala...!
Alam tempat tinggal jasad, mulai dari bumi kita sendiri, planet lain, bintang gemintang, hingga batas alam semesta fisik yang terjauh, disebut alam mulk. Semua alam yang masih memiliki bentuk fisik dan terkena hukum-hukum alam fisik, adalah alam mulk...!
Alam mulk disebut juga dengan sebutan alam syahadah [Alam Kesaksian], karena di alam yang inilah manusia harus berhasil menyaaksikan Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya...!
2. Nafs [Jiwa] :
Unsur kedua, adalah nafs. Nafs, dalam bahasa kita disebut jiwa. Bahasa sanskrit menyebutnya dengan istilah sukma. Dalam bahasa Arab kata nafs kerap dimaknai sebagai diri, karena sesungguhnya yang disebut diri manusia bukanlah jasadnya, melainkan jiwanya. Nafs adalah diri yang seharusnya menjadi pengendali atau pengendara jasad. Nafs tidak sama dengan ruh...!
Jika jasad terbuat dari satuan unsur-unsur saripati tanah, maka jiwa dibentuk dari cahaya. Bukan cahaya fisik berupa gelombang elektromagnetik seperti cahaya lampu senter, melainkan cahaya ilahiah, nur ilahi. Jika dimisalkan bahwa Allah adalah sumber cahaya, maka nafs diciptakan dari cahaya yang memancar dari sumber cahaya tersebut. Nafs pada dasarnya tidak membutuhkan ruh untuk hidup nafs yang berasal dari cahaya Allah telah hidup walaupun tanpa ruh...!
Nafs-lah yang menjadi hakikat ke-insan-an seseorang. Nafs-lah yang menjadi sasaran pendidikan Allah Ta’ala, untuk diajari tentang Dia dan ayat-ayat-Nya, sehingga ia mampu mempersaksikan bahwa segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, adalah Al-Haqq, Al-Haqq adalah salah satu nama Allah Ta’ala...!
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Akan Kami perlihatkan ayat-ayat kami hingga seluruh ufuk dan dalam nafs-nafs mereka sendiri, hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa itu adalah Al-Haqq...!
Tidakkah cukup bahwa Rabb-mu, sesungguhnya Dia, atas segala sesuatu, menjadi saksi...? [Q.S. Fushshilat [41]: 53]...!
Sedikit mengoreksi dugaan umum, bahwa ketika telah menyaksikan dengan sebenar-benarnya bahwa di dalam diri terdapat Al-Haqq sebagaimana tercantum dalam ayat di atas, itu tidak sama dengan mempersaksikan bahwa diri adalah Allah. Itu lebih kepada berhasil melihat dan mempersaksikan bahwa segala sesuatu, termasuk diri sendiri, adalah ayat Allah, dan menjadi salah satu tempat di mana Allah Ta’ala menyimpan Al-Haqq, kebenaran tertinggi, yang berhasil dipahaminya...!
Untuk tujuan mengenal ayat-ayat Allah dan Al-Haqq inilah nafs ditempatkan di alam mulk [Alam Kita Ini] dan diberi kendaraan sekaligus pakaian yang sesuai untuk hidup di alam mulk, karena berasal dari alam yang sama : "Jasad. Meski demikian, nafs sesungguhnya bukan penghuni alam mulk. Ia berasal dari alam yang disebut alam malakut, alam yang merupakan tempat natural bagi jiwa-jiwa suci dan malaikat...!
Namun, bagi jiwa-jiwa yang belum suci dan masih membawa dosa ketika meninggalkan alam mulk, mereka terikat untuk disucikan di sebuah alam perantara yang disebut alam qubr [Alam Kubur]. Alam qubr adalah perantara [Barzakh] antara alam dunia [Mulk] dan alam malakut...!
Nafs inilah yang harus berubah, dari kondisi terendah menjadi kondisi sebagaimana seharusnya. Perubahan kondisi nafs adalah syarat agar Allah mengubah kondisi insan. Kita mengubah keadaan nafs, maka Allah pun akan mengubah keadaan kita secara menyeluruh...!
Nafs inilah yang harus berubah, dari kondisi terendah menjadi kondisi sebagaimana seharusnya. Perubahan kondisi nafs adalah syarat agar Allah mengubah kondisi insan. Kita mengubah keadaan nafs, maka Allah pun akan mengubah keadaan kita secara menyeluruh :
إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
Sesungguhnya tidaklah Allah akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan nafs-nafs [Jiwa-jiwa] mereka...! [Q.S. Ar-Ra’d [13]: 1]...!
Nafs sendiri, berdasarkan tingkat kesuciannya, terbagi menjadi tiga :
A. Nafs Ammarah bi Su’ :
Pertama, tingkat nafs yang terendah, disebut nafs ammarah bi-su’ 7[Nafs yang memerintah dengan keburukan, atau mengajak pada keburukan [bukan] [nafsu amarah]...!
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan tidaklah aku menyatakan jiwaku bebas dari kesalahan. Sesungguhnya nafs itu selalu memerintah dengan keburukan [Ammaratu bi su’] kecuali yang dirahmati Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang....! "Q.S. Yusuf [12]: 53...!
Ini adalah nafs yang masih didominasi oleh hawa nafsu dan syahwatnya sendiri, sehingga ia selalu diajak, diperintah atau dibawa ke arah keburukan oleh hawa nafsu dan syahwatnya dan ia tidak mampu melepaskan dirinya. Ia masih terikat dengan [sifat-sifat] kejasadiahannya sendiri...!
Proses pertama di jalan taubat adalah membebaskan nafs dari perbudakan ini: membebaskan nafs dari diperbudak oleh hawa nafsu dan syahwatnya sendiri...!
B. Nafs Lawwamah :
Tingkat nafs yang sudah mulai menyadari bahwa ia dikuasai oleh hawa nafsu dan syahwatnya dan tidak kuasa membebaskan dirinya, disebut nafs lawwamah yaberarti [nafs] yang amat menyesali [diri]...!
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Dan Aku bersumpah dengan nafs al-lawwamah [nafs yang menyesali diri]...! "Q.S. Al-Qiyamah [75]: 2...!
Nafs lawwamah adalah nafs yang kadang terbawa oleh sifat jasadinya, namun kadang menyesal dan rindu untuk lepas dari kungkungan sifat-sifat jasadinya. Ia merindukan [Langit], namun juga mencintai duniawi...!
Nafs pada tingkat lawwamah ini adalah nafs yang mulai ingin bertaubat, ingin menjadi baik, dan ingin lepas dari perbudakan hawa nafsu dan syahwatnya...!
C. Nafs Muthma’innah :
Nafs muthma’innah adalah jiwa yang sudah tidak lagi dikuasai oleh hawa nafsu dan syahwatnya, dan sudah tidak lagi terikat oleh sifat-sifat jasadinya. Ia tidak lagi terombang-ambing antara perbuatan dan penyesalan. Ia hanya tunduk dan mencintai penciptanya, sosok yang pertama kali dilihatnya sejak ada di alam semesta ini yaitu Allah Swt. Karena itulah ia menjadi nafs muthma’innah [jiwa yang tenang], jiwa yang berhasil kembali ke martabatnya yang tertinggi setelah menempuh jalan pertaubatan dan menyucikan dirinya, dengan penuh pengetahuan tentang Allah dan ayat-ayat-Nya di dalam dirinya sendiri maupun di seluruh penjuru ufuk, yang berhasil ia pelajari di alam mulk. Nafs tingkatan inilah yang harus kita kenali dalam perjalananan taubat, karena nafs muthma’innah sajalah yang bisa membuka ilmu-ilmu Allah yang disimpan Allah dalam dadanya...!
Nafs muthma'innah [jiwa yang tenang], jiwa yang berhasil kembali martabatnya yang tertinggi setelah menempuh jalan pertaubatan dan menyucikan dirinya, dengan penuh pengetahuan tentang Allah dan ayat-ayat-Nya di dalam dirinya sendiri...!
Nafs muthma’innah inilah yang telah sepenuhnya tunduk pada Allah sehingga sepenuhnya ridha kepada Rabb-nya, dan Rabb-nya pun telah ridha kepadanya. Inilah kedudukan nafs para hamba Allah :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Wahai nafs muthma’innah [jiwa yang tenang], kembalilah, pada Rabb-mu dengan ridha lagi diridhai-Nya. Masuklah menjadi hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku...! "Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30...!
Inilah tujuan penyucian jiwa : "Agar jiwa manusia bisa melepaskan diri dari perbudakan oleh hawa nafsu dan syahwatnya, sehingga menjadi jiwa yang tenang atau nafs muthma’innah...!
3. Ruh :
Unsur ketiga dalam diri insan adalah yang disebut dengan ruh. Jamaknya, disebut arwah, ruh yang banyak. Ruh ini berasal dari yang Maha Hidup, yang ditiupkan-Nya ke Adam As. sehingga jasadnya menjadi hidup. Jika nafs dan para malaikat berasal dari alam malakut, ruh berasal dari alam yang lebih tinggi, yaitu alam jabarut, atau alam arwah. Alam jabarut ini adalah alam yang paling dekat dengan Allah Ta’ala...!
Ruh adalah daya hidup. Dan jika diibaratkan ruh adalah api, cahaya apinya saja pun sudah menghidupkan jasad, alih-alih apinya. Ruh berasal dari Allah, dan pasti akan kembali pada-Nya. Dengan demikian, ungkapan “semoga arwahnya [arwah : "jamak dari [ruh] diterima Allah] ketika seseorang meninggal dunia adalah tidak tepat, sebab ruh berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya. Yang seharusnya didoakan ketika meninggal adalah jiwa [nafs], bukan ruh, karena jiwa lah yang akan menempuh perjalanan berikutnya, dan harus mempertanggungjawabkan semua yang dia lakukan di dunia...!
A. Nafakh Ruh :
Ruh yang menghidupkan, yang biasa kita sebut dengan ruh saja, sebenarnya adalah nafakh ruh. Secara harfiah, nafakh ruh berarti [Ruh tiupan] ruh yang [ditiupkan] Allah ta’ala pada jasad Adam As. Ia adalah ruh yang menghidupkan jasad...!
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh dari-Nya [nafakha fihi min Ruhi], dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, [tetapi] sedikit sekali kamu bersyukur...! "Q.S. As-Sajdah [32]: 9...!
B. Ruh Al-Amin :
Ruh Al-Amin adalah gelar yang dinisbatkan kepada malaikat Jibril As. Malaikat Jibril As. adalah termasuk malaikat yang telah diperkuat Allah Ta’ala dengan Ruhul Qudus di dalam dirinya. Ruh Al-Amin, sebagaimana para malaikat lainnya, berasal dari alam malakut, alamnya para malaikat dan jiwa-jiwa yang suci. Kedudukan Jibril As. diantara para malaikat adalah seperti kedudukan Rasulullah Saw diantara para manusia...!
C. Ruhul-Qudus :
Ruhul-Qudus adalah esensi ruh insan yang paling murni dan paling suci, yang hadir ke dalam diri insan sebagai pembawa kabar dan pengetahuan-pengetahuan ilahiah di dalam diri. Jika tadi dikatakan bahwa cahaya api ruh telah menghidupkan jasad, Ruhul-Qudus adalah apinya, sumber cahaya dari cahaya ruh yang menghidupkan tersebut...!
Ia berasal dari alam Jabarut, alam yang terdekat dengan Allah ta’ala, berbeda dengan Ruhul Amin yang berasal dari alam Malakut...!
Jika manusia biasa hanya menerima cahaya apinya saja, maka ruh ini [apinya, sumber cahanyanya] hanya dianugerahkan pada hamba-hamba Allah yang telah berhasil menyucikan nafs-nya ke tingkatan nafs muthma’innah. Mereka yang dianugerahi Ruhul-Qudus berperan sebagai cahaya Allah bagi alam semesta sekelilingnya...!
Ruhul-Qudus adalah kuasa Allah ta’ala yang dianugerahkan pada hamba-hamba yang telah berhasil mengenali dirinya dan tujuan penciptaannya. Kuasa Allah, atau [Qudrah Allah] ini adalah untuk menguatkan si hamba dalam melaksanakan tujuan penciptaannya, melaksanakan misi hidupnya...!
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah : "Ruhul-Qudus menurunkan itu dari Rabb-mu dengan Al-Haqq, untuk mengokohkan orang-orang beriman, lagi menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri...! "Q. S. An-Nahl [16] : 102...!
Seorang manusia dianugerahi Ruhul-Qudus untuk memperkuatnya dalam melaksanakan titah Rabb-nya, atau amr Rabb-nya. Dalam Al-Qur’an, Ruhul-Qudus ini disebut juga dengan Ruh min amri Rabbi yang berarti ‘ruh yang berasal dari amr Rabb’. Amr bermakna [urusan], [mandat] atau [titah]...!
Melalui anugerah Ruhul-Qudus ini seorang manusia akan memahami hakikat terdalam makna-makna batin Al-Qur’an, dan memahami ayat-ayat Allah di seluruh penjuru ufuk alam semesta, maupun di dalam diri manusia sendiri [lihat Q. S. Fushshilat [41] : 53]. Dengan menyaksikan dengan sebenar-benarnya bahwa segala sesuatu adalah ayat Allah, maka seorang manusia diperkuat oleh [Ruhul-Qudus] pun menjadi saksi Allah [syuhada] secara hakiki...!
Ruhul-Qudus adalah anugerah tertinggi yang bisa diterima seorang manusia. Ketika pengetahuan-pengetahuan ilahiyah yang tinggi tidak dimiliki manusia dan alam semesta, kehadiran Ruhul-Qudus inilah yang menjadikan seorang manusia menjadi sumber cahaya bagi alam semesta di sekitarnya, seseorang yang dianugerahi Ruhul-Qudus kerap disimbolkan dengan matahari atau api yang meliputi kepala, karena ia memahami ilmu-ilmu yang terdalam dan tertinggi langsung dari sisi Allah ta’ala...!
Hanya sedikit pengetahuan tentang Ruhul-Qudus atau ruh min amr [ruh dari amr Rabb] ini yang dibuka kepada manusia, kecuali bagi hamba-hamba yang dianugerahi ruh ini oleh Allah. Sebagaimana firman Allah :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah : "Ruh dari amr Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit...! "Q. S. Al-Isra [17] : 85...!
D. Syahwat dan Hawa Nafsu :
Itulah tiga unsur utama pembentuk manusia : "jasad [jism, badan], jiwa [nafs], dan ruh. Ketiga unsur ini saling terkait dan berinteraksi. Nah, dari interaksi ketiga unsur ini, kita akan mengenal beberapa unsur lain...!
E. Syahwat :
Ketika nafs ditugaskan untuk hidup di dunia, ia diletakkan ke dalam kendaraan jasad. Jasad berasal dari bumi, dan ia pun sangat menyukai kesenangan-kesenangan yang berasal dari alamnya. Ia menyukai makanan dan minuman, lawan jenis, hubungan seksual, kecantikan atau ketampanan, dan semacamnya. Syahwat adalah daya-daya yang berasal dari jasad, yang memberi pengaruh pada nafs. Fungsi syahwat adalah untuk kelangsungan hidup si jasad di bumi ini, ia tidak dapat hidup dengan baik di dunia jika tidak makan, minum, dan berketurunan...!
Dari penyatuan antara nafs dan jasad, daya-daya jasadi ini memberi pengaruh pada nafs yang suci, yang masuk ke dalam jasadnya, bahkan mendominasi nafs-nya. Dalam hal ini, orientasi nafs-nya menjadi sama dengan orientasi syahwat, sehingga ia kehidupannya di dunia hanya untuk mencari hal-hal yang digemari oleh syahwatnya itu...!
Syahwat sendiri bukan sesuatu yang buruk, sebenarnya. Fungsi syahwat adalah untuk kelangsungan hidup jasad di alam dunia. Namun syahwat baru menjadi buruk jika ia menguasai, mendominasi, atau memperbudak tuannya : "Nafs...!
Syahwat adalah daya-daya yang berasal dari jasad, yang memberi pengaruh pada nafs. Fungsi syahwat adalah untuk kelangsungan hidup si jasad di bumi ini, ia tidak dapat hidup dengan baik di dunia jika tidak makan, minum, dan berketurunan...!
Jadi, dalam tingkatan nafs tadi, nafs ammarah bi su’ adalah nafs yang dikuasai syahwatnya. Nafs Lawwamah adalah nafs yang dipengaruhi syahwatnya. Sedangkan nafs muthma’innah adalah nafs yang bebas dari syahwatnya, bahkan syahwatnya telah tunduk pada sang nafs...!
4. Hawa Nafsu
Hawa Nafsu berbeda dengan syahwat. Jika dalam penyatuan jiwa dan jasad tadi, daya-daya jasadi yang memengaruhi jiwa disebut syahwat, maka di sisi lain, penyatuan ini juga melahirkan [anak-anak], yaitu oknum-oknum batin yang sifatnya tengah-tengah, antara jasad dan jiwa. Sesuai namanya, ia adalah hawa dari nafs, sekadar hawanya, dan bukan nafs yang sejati. Ia tidak jasadi sepenuhnya, namun juga tidak malakuti sepenuhnya...!
Contoh hawa nafsu ini adalah marah, kesombongan, bangga diri, malas, takut, dendam, ragu, gelisah, putus asa, bahkan hawa nafsu beragama seperti ingin puasa terus-menerus, ingin shalat terus-menerus, dan tidak peduli dengan tanggung jawab mencari penghidupan, misalnya...!
Hawa Nafsu ini ribuan jumlahnya dalam diri setiap manusia. Fungsinya adalah untuk melindungi dan membantu nafs, ia disebut sebagai tentara batin. Mereka semua adalah prajurit, yang seharusnya dikomando oleh nafs muthma’innah untuk mencapai tujuannya, yaitu melaksanakan mandat yang dibawanya dari Allah ta’ala. Namun, persoalannya adalah ketika para prajurit, syahwat dan hawa nafsu, justru menguasai pimpinannya dan mengambil alih kepemimpinan. Nafs, yang ditempatkan di dunia ini untuk sebuah tujuan agung: menjadi perpanjangan kuasa Allah di muka bumi untuk memakmurkan alam semesta [khalifah], pada akhirnya hanya hidup di dunia untuk tujuan yang sangat dangkal : "Sekedar untuk memenuhi keinginan syahwat dan hawa nafsunya saja...!
Insan Kamil : "Cahaya Allah bagi Alam Semesta...!
Al-Qur’an juga menggambarkan struktur jasad, jiwa [nafs] dan Ruhul-Qudus ini melalui perumpamaan yang indah tentang sebuah misykat [menyerupai ceruk/relung di sebuah dinding yang oleh masyarakat Arab saat itu biasa digunakan untuk meletakkan lampu penerangan] sebuah penggambaran tentang potensi besar manusia yang sempurna [Insan Kamil] sebagai Cahaya Allah :
اللَّـهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّـهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّـهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah cahaya petala langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya bagaikan sebuah [Misykat] yang di dalamnya terdapat [misbah] [pelita yang terang]. Misbah tersebut di dalam [zujajah] [kaca], kaca itu seolah seperti [kaukab] [bintang] yang berkilau dinyalakan oleh [minyak] dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walau tanpa disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa-siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu...! "Q.S. An-Nuur [24]: 35...!
Tiga komponen utama yang dimaksud di dalam ayat itu disimbolkan melalui Misykat [jasad], yang di dalamnya terdapat Misbah [Ruhul-Qudus], seperti [pelita yang terang benderang] yang menghidupkan Zujajah [qalb, hati yang merupakan ‘rasa’ jiwa atau nafs]...!
Misykat melambangkan wujud jasad insan manusia yang dibangun dari aspek fisik al-ardh [tanah, kebumian]. Misykat jasad ini merupakan wadah bagi qalb yang berada di dalam nafs [jiwa] yang suci, yang di ayat tersebut dilambangkan sebagai zujajah [bola kaca yang jernih]. Terang dan jernihnya qalb ini menjadi syarat agar cahaya misbah [Ruhul-Qudus] tentu dengan kehendak-Nya memancar keluar menerangi bola kaca zujajah. Zujajah yang terang ini bagaikan sebuah bola langit malam [kaukab] yang gemerlap oleh taburan benda-benda langit...!
Bersinarnya kaukab kalbu ini karena adanya minyak yang menyalakannya, minyak yang bercahaya walau tanpa disentuh api, minyak yang keluar dari pohon yang banyak berkahnya. Pohon yang tidak tumbuh di sebelah barat [di tempat tenggelamnya matahari Al-Haqq—yakni Jasad], tidak pula di sebelah timur [di tempat terbitnya matahari Al-Haqq, yakni alam ruh/alam jabarut]. Pohon ini tumbuh tidak di ufuk diri, tetapi tumbuh di tengah-tengah antara aspek Jasadi dan aspek Ruhi, yaitu di nafs insan...!
Manusia yang tidak menyala qalb-nya oleh Nur Iman dalam nafs-nya, tidak akan bisa menyalakan zujajah dalam qalb-nya [tidak dianugerahi Ruhul-Qudus] sehingga tidak pernah tersedia di dalamnya singgasana cahaya bagi api-Nya. Ini artinya, ia tidak akan pernah menjadi khalifah Allah, walau hanya khalifah bagi dirinya sendiri...!
Manusia yang tidak menyala qalb-nya oleh Nur Iman dalam nafs-nya, tidak akan bisa menyalakan zujajah dalam qalb-nya sehingga tidak pernah tersedia di dalamnya singgasana cahaya bagi api-Nya...!
Insan seperti ini bagaikan rumah dengan lorong-lorong yang gelap gulita karena kusam tubuhnya dan padam lampunya, tidak diisi melainkan oleh tipuan ilusi, hawa nafsunya dan jejak syaithan. Tidak ada seorang pun yang mampu menghidupkan rumah seperti ini kecuali Allah Azza wa Jalla, tempat tumpuan harapan seluruh alam...!
Keterangan Khusus :
Setiap diri manusia sesungguhnya merupakan gabungan dari tiga unsur besar yang membentuknya, yaitu jasad [badan, jism], jiwa [nafs], dan Ruh. Memahami bagaimana hubungan interaksi antara ketiga unsur ini dan unsur-unsur turunannya merupakan kunci untuk memahami tujuan penciptaan diri kita dan, pada akhirnya, memahami agama...!
Semoga Bermanfaat Untuk Umat Dan Tidak Menjadikan Bahan Untuk Hujjat...!
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman : "Guru Kidzs Gsp...
Perbedaan Dzikir [Allah-Hu] Dan Dzikir [Hu-Allah]
PERBEDAAN DZIKIR [Allah-Hu] DAN DZIKIR [Hu-Allah]
Blog Resmi gurukidzsgsp.blogspot.com
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Oleh : "Guru Kidzs Gsp
Di : "Majelis Insanul KAMIL
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Bismillahirrohmaanirrohiim...! "Dengan Idzin Allah Swt : "Guru Kidzs Gsp Insyaallah Akan Membabarkan Keutamaan Dan Penjelasan Antara Dzikir [Allah-Hu] Dan Dzikir [Hu-Allah] Berikut Ini...!
Ilaa Hadrotis Silsilah Majelis Insanul KAMIL Wa Ilaa Jamiil Ahlul Majelis Insanul KAMIL Syaiul Lahum Al-Fatihah...1x
Keterangan Dzikir [Allah-Hu] :
Sighat Kata [Allah] Sudah Jelas Banyak Disebutkan dalam Al-Qur'an Dan Memiliki Sandaran [Hakikat] Yang [Kuat] Yang Tertuju Kepada [ilahi] Yaitu [Tuhan Pencipta Alam] Dan Merupakan Salah Satu Diantara [Asma'ul Husna]...! "Dalam Pembelajaran ilmu Dzikir Di Majelis Insanul KAMIL : "Maka Asma [Allahu] [Tidak Berdiri Sendiri] [Baik Dalam Dzikir]...! "Karena Saling [Berkaitan] Dengan Sighat [Suku Kata lainnya] Dalam Pembacaan Do'a Ilmu Seperti :
© Akbar Menjadi : "Allahu Akbar....! "Yang Artinya : "Allah Maha Besar...
© Nuur Menjadi : "Allahu Nuur...! "Yang Artinya : "Allah Adalah Cahayanya...
* Dan Seterusnya Sesuai Dalam Jumlah [Asmaul Husna 99]
Dalam Pengamalan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman]..! "Penggunaan Asma [Allahu] Tidak Menimbulkan [Efek] Daripada Kekuatan [Khodam]...! "Apabila Sandaran Hakikat Langsung Tertuju Kepada [Allahu Robbun] Yang Menciptakan Anda Sekalian Alam...! "Andaikata Kekuatan [Khodam] Tetap Datang...! "Maka [Status] Kedatangannya Adalah Tidak Lain Sebagai Utusan [Allah] Bagi Hamba Yang Diinginkannya...! "Dan sebagai [Penjagaannya] Akan [Taqorubnya]...! "Seperti halnya untuk :
© Menolong
© Memberikan Petunjuk
© Memberikan Hidayah
© Dan Lain-Lain Sesuai Kehendak Allah Swt...!
Keterangan Khusus :
* Dalam Bahasa Lain : "Setiap Amalan Mengandung Unsur [Khodam]...! "Akan Tetapi...! "Datangnya Atas Dengan Ridlo Allah Swt...!
Keterangan Dzikir [Hu-Allah] :
Singhat Kata [Hu-Allah] Sangat Sering Menimbulkan Kekuatan [Khodam]...! "Berdasarkan Pengalaman Spiritual...! "Dan Banyak Di Jumpai Dari [Si Murid] Yang Mengamalkan Dzikir [Hu-Allah]...! "Bahkan Beberapa :
© Guru Spiritual Supranatural
© Mursyid Tharekat...! "Yang Mengamalkan Ilmu Dengan Sighat Kata [Hu-Allah] Dan Mereka Tidak Menyadari Bahwa...! "Mereka Sedang Menggunakan Unsur Kekuatan Khodam...!
Keterangan Khusus :
* Sama Halnya Dengan Sighat Kata [Hu-Allah] Dan Sighat Kata [Hu-Allah] Sering Ditemukan [Berdiri Sendiri] Baik Dalam [Wirid/Semedi/Pengolahan Nafas/Dzikir Tharekat] Tertentu...! "Dan Tidak Ditemukan Bergabungnya Dengan Beberapa Sighat Kata Dalam [Al-Qur'an] Dan Juga Do'a Dan Ilmu Lainnya...!
Sighat Kata [Hu-Allah] Mempunyai [2] Simbol Hakikat Tersembunyi Yang Kebanyakan Tidak Diketahui Oleh Para Murid [Spiritual Supranatural] Maupun [Guru Dan Mursyidnya]...! "Dan Ke-2 Simbol Hakikat Tersebut Merujuk Kepada [2] Sumber Berbeda...! "Diantaranya :
1. Pertama : "Merujuk Kepada Penegasan Yang Artinya : "Dialah Allah...! "Dan Sangat Jauh Dari Hubungan Dengan Kaidah [Bahasa Arab] Yaitu : "Ilmu Tajwid Dalam Kaidah-kaidah Ilmu Qira'ah Al-Qur`an...! "Dan Kebanyakan Para Murid [Spiritual Dan Supranatural] Maupun Dari [Guru Spiritual Supranatural] Kurang Dalam Pemahaman [Kaidah Bahasa Arab] Dan Penguasaan Cara : "Qira'ah Al-Qur'an...! "Dan Sehingga Penegasan Hakikat Sighat [Hu-Allah] Yang Artinya : "Dia-Lah Allah : "Tidak Sampai Pada Hakikat Dimensi-Nya Dan Hanya Sampai Pada Dimensi Khodam...!
2. Kedua : "Merujuk Kepada Dimensi Khodam Tertentu Karena Kata [Hu] Dan Sighat [Hu-Allah] Adalah Sebagai Simbol Kunci Pembuka Dimensi Lain...! "Pada Simbol Hakikat Ke-2 Lah Kebanyakan Kekuatan Khodam Timbul...! "Karenanya Bagi Anda Pencari Ilmu...! "Harap Anda Berhati-Hati...! "Dan Jika Anda Tidak Ingin Terjebak Dengan Kekuatan Khodam...! "Pengecualian Bagi Anda Yang Memang Menginginkan Kekuatan Khodam Itu Sendiri...!
Semoga Bermanfaat Untuk Umat Dan Tidak Menjadikan Bahan Untuk Hujjat...!
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman : "Guru Kidzs Gsp...
Selasa, 20 Juni 2017
Penjelasan Pengalaman Ketika Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
PENJELASAN PENGALAMAN KETIKA MENGAMALKAN DZIKIR SULTHONUL ADZKAR FI HADZA ZAMAN.
Oleh : Guru Kidzs Gsp
Di : Majelis Tharekat Insanul Kamil
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
As’salamualaikum Wr Wb
Bismillahirrohmaanirrohiim
A’uudzu Billaahi Minasy Syaythaanir Rajiim.
Bismillahir Rahmaanir Rahiim.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alaamin...
Allaahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik ‘Alaa Sayidina Muahammadin Wa ‘Alaa Aali Sayidina Muhammadin Wa Ashaabihi Wa Azwajihi Wa Dzuriyyatihi Wa Ahli Baitihi Ajma'in.
Salam Untuk Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya, Di Majelis Tharekat Insanul Kamil, Semoga Keberkahan Kefahaman Dari [Gusti Allah Swt] Menyertai Perjalanan Spiritual Keruhanian Anda Semuanya...”Insyaallahu Minal Aminiin...
Maka Dengan Ini [Guru Kidzs Gsp] Selaku [Pengasuh Majelis Insanul Kamil] Memberikan Dan Sekaligus Membabarkan Yang Selama Ini Tidak Di Ketahui Oleh Banyak Orang Yang Mengamalkan [Thoriqoh/Tharekat] Ketika Di Dalam Dzikir-Nya Tentang Pengalaman Yang Di Alaminya.
Penjelasan Ini [Guru Kidzs Gsp] Petik Yang Bersumber Pada [Buku Pedoman Panduan Tharekat Kitab Insanul Kamil] Sebagai Berikut...
Penjelasan Ini Jarang Di Miliki, Bahkan Oleh [Guru Pembimbing Tharekat] Yang Biasa Di Sebut [Syeikh/Mursyid] Sehingga [Si Salik/Murid] Bertanya-tanya Tanpa Penjelasan Dari [Guru Pembimbing Tharekat] Yaitu [Syeikh/Mursyid] Sehingga [Si Murid/Salik] Mengalami [Kegundaan/Kebingungan] Tanpa Penjelasan Dari [Syeikh/Mursyid] Yang Telah Membaiatkan Dzikir Tharekatnya, Sehingga Bisa Di Katakan [Dzikir Tanpa Pencerahan].
Petikan Dari [Buku Pedoman Panduan Tharekat Kitab Insanul Kamil] Menjelaskan :
"Maka Dengan Perkataan Lain :
"Bahwasanya Siapa Saja Yang [Mendawamkan/Melazimkan] Ketika Mengamalkan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman], Maka [Seorang Pengamal], Akan Mendapatkan [Warits Bathiniyah] Berupa Dari [Sirr/Hikmah] Apa Yang Di Amalkannya, Yaitu [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Yaitu [4 Keistimewaan] Seperti Berikut Ini :
"HAR" : "Yaitu Rahsa Hangat, Panas Ketika Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman.
Yang Maksudnya : "Merahsa Seolah-olah Ia Akan Hancur Luluh Badannya Pada Ketika Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Dan Ketika [Seorang Pengamal] Mengalaminya, Maka Hendaklah [Seorang Pengamal] Ketika Mendapatkan [Har], Maka Di Haruskan Agar Menghentikan Aktivitasnya Berupa [Mandi] Dan [Minum Air Dingin] Sekurang-Kurangnya [40 Menit], Agar Supaya [Jangan Padam] Akan [Nur Dzikrullah] Daripada [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman], Dan Bahwasanya [Majelis Tharekat Insanul Kamil] Dengan Jalan Mengamalkan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Sebagai Bentuk Pengikisan Atau Pembakaran Akan Sifat-sifat [Madmumah] Yaitu Sifat Tercela.
"ISTIQGROQ" : "Yang Artinya, Fana, Yakni [Karam] Di Dalam [Dzikrullah] Akan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Yaitu [Karam] Di [Alam Syahadah], Maka Ada Beberapa Macam, Menurut [Anasyir] Dari [Keistimewaan] Tersebut, Yaitu [4] Macam :
1. NARUN : "Artinya Api...
2. MAUN : "Artinya Air...
3. RIHUN : "Artinya Angin...
4. TUROBUN : "Artinya Tanah...
Isyaroh Ketika Mengalami [4] Keistimewaan Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman :
1. Adapun [Anasyir Nar/Api] Yang Bermaksud, Bahwa Seorang Pengamal [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Terkadang Seperti Mengalami Perahsaan [Panas] Atau [Hangat] Yang Tiada Terhingga, Dan Jangan [Takut], Karena Hal Tersebut Adalah Sebagai Bentuk [Pengikisan] Terhadap Sifat-sifat [Madmumah], Sebagai Di Sifati Dengan [Anasyir Nar/Api].
2. Adapun [Anasyir Maun/Air] Yang Bermaksud Bahwa Seorang Pengamal [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Terkadang Mengalami Perahsaan [Dingin] Dan Kadangkala Tersangat Dinginnya, Dan Juga Seolah-olah Sampai Seperti Menjadi [Kaku] Dan [Beku] Tubuhnya, Dan Itulah Yang Di Sifati Dengan [Anasyir Maun/Air].
3. Adapun [Anasyir Rihun/Angin] Yang Bermaksud Bahwa Seorang Pengamal [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Maka Ia Terkadang Mengalami Perahsaan [Ringan] Melayang, Seperti Hendak Terbang Ke Angkasa, Yaitu [Alam Musyahadah] Menuju Ke [Alam Malakut], Maka Tidak Bisa Merahsakan Bahwasanya Seperti Di Alam Mana Atau Di Manakah Dirinya, Dan Itulah Yang Di Sifati Dengan [Anasyir Rihun/Angin].
4. Adapun [Anasyir Turobun/Tanah] Yang Bermaksud, Bahwa Orang Yang Mengamalkan [Dzikrullah] Akan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman], Maka Mengalami Perahsaan Berat Badannya, Yaitu Jauh Lebih Berat Dari Biasanya, Maka Terahsa Berat Untuk Menggerakkan Badannya, Maka Itulah Yang Di Sifati Dengan [Anasyir Turobun/Tanah].
"Ketahuilah Sebagaimana Telah [Masyhur] Di Dalam Riwayat, Bahwa Tatkala [Kanjeng Nabi Muhammad Saw] Berada Di Dalam [Gua Hira] Di [Jabal Nur], Dan Beliau Tercengang Di Dalam [Dzikrullah] Dan Kemudian Beliau Mendapatkan [Wahyu] Yang Pertama Kalinya, Maka Beliau Sedang Mendapatkan [Istighroq], Berupa [Anasyir Maun/Air] Yakni [Rahsa Dingin] Yang Sangat Dahsyat, Sehingga Beliau Meminta Kepada [Istri]-Nya, Yaitu [Siti Khodijah Ra] Untuk Menyelimutinya, Maka jikalau Seorang Pengamal [Dzikrullah] Akan [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman], Maka Sesungguhnya Dia Mendapatkan [Waris] Dari [Kanjeng Nabi Muhammad Saw] Seperti Yang Di Alaminya, Berupa Perahsaan-Perahsaan, Baik [Dzohir Dan Batin] Sebagaimana Halnya [Istighroq], Maka Dia Telah Mendapatkan [Fadhol] Dari Gusti Allah Swt, Berupa Limpahan Karunia Dari-Nya [Hadzamimfadzlikrobbi], Dan Itulah [Rujukan] Ajaran Di Dalam :
1. Majelis Insanul Kamil.
2. Wadah Silaturrahmi Majelis Tharekat Insanul Kamil : "Al-Insan Al-Kamil Mukamil", Sebagai Pengajarannya.
Semoga Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya Sebagai Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Mampu Menerima Dan Memahami Limpahan Karunia, Seperti Halnya Rosulullah Saw, Insyaallahu Minal Aminiin, Dan Semoga Selalu Istiqomah Di Dalam Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Di Setiap Aktivitas Tanpa Adanya Kejemuhan.
Alhamdulillahirobbilaalamiin
Wassalamualaikum Wr Wb
Wadah Silaturrahmi Majelis Tharekat Insanul Kamil : "Al-Insan Al-Kamil Mukamil".
Senin, 19 Juni 2017
Pengalaman Bukan Jalan Awal, Melainkan Jalan Awal Adalah Kesempurnaan Dalam Dzikrullah
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
PENGALAMAN BUKAN JALAN AWAL, MELAINKAN JALAN AWAL ADALAH KESEMPURNAAN DALAM DZIKRULLAH.
Oleh : Guru Kidzs Gsp
Di : Majelis Insanul Kamil
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
As’salamualaikum Wr Wb
Bismillahirrohmaanirrohiim
A’uudzu Billaahi Minasy Syaythaanir Rajiim.
Bismillahir Rahmaanir Rahiim.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alaamin...
Allaahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik ‘Alaa Sayidina Muahammadin Wa ‘Alaa Aali Sayidina Muhammadin Wa Ashaabihi Wa Azwajihi Wa Dzuriyyatihi Wa Ahli Baitihi Ajma'in.
Salam Untuk Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya, Di Majelis Insanul Kamil, Semoga Keberkahan Kefahaman Dari [Gusti Allah Swt] Menyertai Perjalanan Spiritual Keruhanian Anda Semuanya...”Insyaallahu Minal Aminiin...
Pengalaman Adalah Buah Dari Perjalanan, Bila Perjalanan Tanpa Adanya Buah Pengalaman, Maka Hal Tersebut Bukanlah Yang Di Namakan Pengalaman Dari Perjalanan Spiritual Keruhanian.
Tapi Perlu Di Ingat...! "Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya...! "Bahwasanya Di Awal Perjalanan [Si Salik] Untuk [Wushul] Kepada Gusti Allah Swt, Bukan Untuk Mencari, Menggali, Mengapai Pengalaman Ketika Saat [Dzikrullah], Dan Ketika Seorang Pengamal [Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman] Menjumpai Pengalaman, Seperti Halnya : "Mata Menjadi Terang Benderang, Ketika Mata Dalam Keadaan Tertutup, Maka Jangan [Heran] Atau [Takjub] Dan Juga Mata Melihat Beraneka Cahaya Dan Sinar Yang Sangat Indah Dan Mempesona, Maka HIraukan Sementara Waktu, Karena Hal Tersebut Bukanlah Tujuan, Melainkan Rintangan Untuk Memutuskan [Dzikrullah] Agar Mereka [Terlena] Hingga Lupa Akan Dzikir-Nya.
Dan Apakah Pengalaman Tersebut Di Larang Untuk Di lihat...? "Jawabannya Adalah [Tidak], Karena Pengalaman Tersebut Akan Membimbing Seorang Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Menuju Ke Pengalaman Berikutnya Yang Teramat [Dahsyat] Dan Memiliki Arti Tersendiri Yang Harus Di Ungkap, Agar Perjalanan Tersebut Bisa Di Ketahui Sampai Batas Manakah...?
Karena Pengalaman Tersebut Sesuai Dengan [Maqom] Si [Salik] Ketika Dzikrullah...! "Apakah Sudah Mencapai Kesadaran Tertinggi, Atau Kesadaran Tubuh, Ataukah Kesadaran Batin, Bahkan Kesadaran Ruhaniyah...! "Maka Pengalaman Tersebut Mampu Mendeteksi Tingkatan [Maqom] Si Salik Ketika Dzikrullah.
Dan Pesan [Guru Kidzs Gsp] Kepada Saudara Dan Saudari Ruhaniku semuanya, Sebagai Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Hendaknya Agar Untuk Langkah Awal Menghiraukan Semua Pengalaman, Dan Tetap Tertuju Dan Fokus Terus Pada [Ritme] [Alur] Lantunan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Agar Sempurna Dahulu, Baru Kemudian Pengalaman Bisa Di Cari Di Kemudian Hari Setelah Sempurna Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Di Setiap Aktivitasnya.
Bagi Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya, Yang Sudah Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Harap Anda Sekalian Untuk Konsultasi Tentang Pengalaman Anda Sekalian Agar Terpantau Perkembangan Spiritual Keruhanian Anda Sekalian.
Semoga Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya Selalu Istiqomah Dalam Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Di Setiap Aktivitasnya...! "Insyaallahu Minal Aminiin...
Alhamdulillahirobbilaalamiin
Was'salamualaikum Wr Wb
Wadah Silaturrahmi Majelis Tharekat Insanul Kamil : "Al-Insan Al-Kamil Mukamil".
Pengijazahan Akbar Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Tahap : I.
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
PENGIJAZAHAN AKBAR DZIKIR SULTHONUL ADZKAR FI HADZA ZAMAN.
TAHAP : I.
Oleh : Guru Kidzs Gsp
Di : Majelis Tharekat Insanul Kamil
Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
As’salamualaikum Wr Wb
Bismillahirrohmaanirrohiim
A’uudzu Billaahi Minasy Syaythaanir Rajiim.
Bismillahir Rahmaanir Rahiim.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alaamin...
Allaahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik ‘Alaa Sayidina Muahammadin Wa ‘Alaa Aali Sayidina Muhammadin Wa Ashaabihi Wa Azwajihi Wa Dzuriyyatihi Wa Ahli Baitihi Ajma'in.
Salam Untuk Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya, Di Majelis Tharekat Insanul Kamil, Semoga Keberkahan Kefahaman Dari [Gusti Allah Swt] Menyertai Perjalanan Spiritual Keruhanian Anda Semuanya...”Insyaallahu Minal Aminiin...
Dengan Idzin Gusti Allah Swt, Di Sini [Guru Kidzs Gsp] Selaku [Guru Sang Panuntun] Di Majelis Insanul Kamil, Mengijazahkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Untuk Khalayak Umum, Tanpa Baiat Dan Juga Tanpa Mahar, Dan Juga Tanpa Persyaratan Khusus.
Berikut Ini Petunjuk Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Yang [Guru Kidzs Gsp] Ijazahkan Kepada Saudara Dan Saudari Ruhaniku Semuanya.
PETUNJUK TATA CARA MENGAMALKAN DZIKIR SULTHONUL ADZKAR FI HADZA ZAMAN :
1. Bersih Tubuh Dari Hadast, Bersih Pakaian Dari Kotor, Bersih Tempat Dari Najis.
2. Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Bisa Di Laksanakan Untuk Aktivitas Apa Saja, Baik Berdiam Diri, Bangun Dari Berdiri, Berjalan, Duduk, Berbaring, Dan Aktivitas Lainnya.
3. Untuk Penyesuaian, Sebaiknya Di Laksanakan Dengan Duduk Diam, Atau Tafakur, Atau Meditasi, Dan Posisi Duduk Sesuai Rahsa Aman Pada Seluruh Tubuh Anda Sewaktu Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman.
4. Lebih Afdhol Anda Laksanakan Setelah Usai Sholat Fardhu, Lima Waktu.
5. Tentang Hitungan Jumlah Dalam Berdzikir, Sesuai Kemampuan, Intinya Ikhlas Dalam Melaksanakannya.
6. Kemudian Ikuti Petunjuk Di Bawah Ini Dengan Benar :
• Bentuk Duduk Sesuai Penjelasan Diatas.
• Menghadap Ke Arah Barat [Kiblat].
• Kedua Telapak Tangan Terbuka Menghadap Ke Atas, Dan Bertumpuh Di Atas Kedua Paha.
• Lidah Di Tekuk Atau Di Lipat Ke Atas Hingga Menyentuh Langit-langit Mulut.
• Lisan/Bibir, Tertutup Rapat, Dan Kedua Gigi Bagian Atas Dan Bawah Saling Merapat.
• Biarkan Kedua Belah Mata Terbuka.
• Atur Nafas Normal.
• Kemudian...
• Tarik Nafas Yang Panjang Dan Dalam Dari Titik Tengah [Pusar/Pusat], Melalui Kedua Lubang Hidung, Hiingga Menuju Ke [Otak Tengah] Dengan Di Iringi Lafadz Dzikir : "ALLAH...
• Kemudian...
• Hembuskan Nafas, Dari [Otak Tengah], Hingga Nafas Turun Kembali Ke Titik Tengah [Pusar/Pusat] Dari Kedua Lubang hidung, Dengan Di Iringi Lafadz Dzikir : "HU...
• Maka Bacaan Kedua Lafadz Dzikir Tersebut Membentuk Satu Kesatuan Lafadz, Yaitu : "ALLAHU atau "ALLAH... "HU...
• TARIK NAFAS DZIKIR LAFADZ : "ALLAH...
• HEMBUSKAN NAFAS DZIKIR LAFADZ : "HU...
• Ulangi Petunjuk Dzikir Di Atas, Hingga Menemukan Titik Keheningan.
Keterangan Khusus :
1. Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Di Ijazahkan Untuk Umum, Bagi Siapa Saja Yang Bersedia Mengamalkannya, Setelah Mengamalkannya, Laksanakan Selama [7 Hari] Berturut-turut, Jika Anda Merahsa Nyaman Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Dalam Tempo [7 Hari] Berturut-turut, Maka Silakan Anda Bagi Pengalaman Anda Dengan Guru Pembimbing [Guru Kidzs Gsp], Untuk Di Koreksi Dan Di Bimbing Lebih Lanjut.
2. Jika Anda Merahsa Kurang Nyaman Dengan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Sebelum [7 Hari] Berturut-turut, Maka Abaikan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Ini, Karena Tidak Adanya Kesesuaian Dalam Diri Anda Untuk Melaksanakannya.
Nb : "Bagi Yang Mengamalkan Dzikir Sulthonul Adzkar Selama [7 Hari] Berturut-turut, Harap Konfirmasi Atau Idzin Untuk Mengamalkannya, Dan Bila Dalam [7 Hari] Berturut-turut, Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman, Anda Laksanakan Dengan Istiqomah Dan Sempurna, Maka Anda Berhak Menerima Pengijazahan Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman [Maqom 7] Untuk Tahapan Ke-2.
Semoga Sumbangsi Dan Ijazah Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman Membawa Manfaat Tersendiri Bagi Perjalanan Ruhani Anda Semuanya Dalam Wushul Illallah.
Silakan Amalkan Sesuai Dengan Kemampuan Dalam Menjadi Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman.
Alhamdulillahirobbilaalamiin
Wassalamualaikum Wr Wb
Wadah Silaturrahmi Majelis Insanul Kamil Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman
Langganan:
Komentar (Atom)
-
PERBEDAAN DZIKIR [Allah-Hu] DAN DZIKIR [Hu-Allah] Blog Resmi gurukidzsgsp.blogspot.com Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zama...
-
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman PENJELASAN PENGALAMAN KETIKA MENGAMALKAN DZ...
-
Majelis Insanul KAMIL Pengamal Dzikir Sulthonul Adzkar Fi Hadza Zaman PENGIJAZAHAN AKBAR DZIKIR SULTHONUL ADZKAR FI HADZA ZAM...